Kejahatan siber menjadi ancaman nyata seiring bertumbuhnya dunia digital di seluruh dunia. Sayangnya, Indonesia tidak memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan untuk dimanfaatkan instansi negara atau swasta dalam melindungi data penting.
Director of External Operation PT Spentera Marie Muhammad mengungkapkan, saat ini sangat sulit mencari seseorang yang benar-benar menguasai dunia IT. Bahkan, akademisi masih sedikit yang menetapkannya sebagai jurusan kuliah.
“Kalau kita butuh SDM, jadi di akademisi pun tidak ada jurusannya untuk melakukan kegiatan ini (hacker). Memang adanya training di luar akademisi. Mungkin saat ini baru ada lima kampus yang sudah ada jurusan cyber security,” kata Marie di Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024).
Spentera merupakan sebuah perusahaan penyedia layanan keamanan siber terkemuka yang juga melatih seseorang untuk memahami cyber security. Bahkan, mereka mengirim peserta ke luar negeri untuk meningkatkan kualitas.
“Untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan, ada sertifikasi-sertifikasi dan training-training di luar, mungkin di Indonesia belum ada. Saat ini terbesar ada di Israel, dan memang itu training yang kita ambil dari fundamental sampai profesional,” ujar Marie.
Pada kesempatan yang sama, Director of Cyber Intelligence PT Spentera Royke Tobing mengungkapkan, bisnis cyber security merupakan bisnis yang menjanjikan. Mengingat banyak perusahaan yang membutuhkan hal tersebut dalam mengamankan data yang bersifat rahasia.
“Bisnis cyber security adalah bisnis yang akan menjadi tren, bahkan sampai 50 tahun ke depan. Karena apa? Semua institusi dan sektor industri butuh cyber security sekarang. Orangnya dikit, terus knowledge dan skill-nya susahnya minta ampun,” ungkapnya.
Royke juga menegaskan di Spentera juga kerap melakukan ujian untuk memperdalam dan kemampuan peserta yang ingin terjun ke dunia cyber security. Ujian ini juga terbuka untuk umum sehingga bisa menambah peserta dan meningkatkan SDM bidang keamanan siber di Indonesia.
“Sebuah fakta bahwa cyber security, khususnya di bidang ofensif, itu benar-benar sangat sedikit di Indonesia. Akhirnya kami bikin boot camp dalam 3 tahun sekali yang bisa diikuti oleh semua orang, di mana nanti lima besar peserta kami rekrut,” tuturnya.
sumber : https://www.idxchannel.com/technology/kejahatan-siber-merajalela-ri-diakui-minim-sdm-kuasai-it/2
Comments
Post a Comment