Jakarta, Beritasatu.com - Serangan siber di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan serangan siber terjadi karena saat ini teknologi internet memainkan peran yang sangat penting di berbagai sektor kehidupan masyarakat.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bersama dengan Indonesia Honeynet Project (IHP) mencatat, sepanjang 2019 total telah terjadi 98.243.896 serangan siber. Selain itu, di 2019 juga telah terjadi serangan malware sebanyak 22.750 kasus.
"Data yang dimiliki BSSN dengan IHP, total serangan siber sepanjang tahun 2019 ada 98 juta sekian serangan," kata Deputi Bidang Identifikasi dan Deteksi BSSN, Aries Wahyu Sutikno, di Jakarta, Selasa (25/2/2020).
Aries menjelaskan, peningkatan serangan siber di Indonesia terjadi cukup signifikan. Pada tahun 2018 tercatat hanya terjadi serangan siber sekitar 12 juta kasus dan pada 2017 hanya terjadi sekitar delapan juta kasus.
"Teknologi perankan banyak kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan frekuensi serangan siber semakin meningkat. Salah satu teknologi yang banyak diterapkan internet of things," ucapnya.
BSSN sendiri telah melakukan deteksi dini dengan mengenali segala potensi serangan siber yang mungkin terjadi. Selama ini, serangan terbanyak datang dari utara Indonesia yakni gabungan dari Asia seperti India. Kemudian, sebagian lagi datang dari selatan seperti dari Australia, dan kemudian sejumlah serangan juga datang dari dalam negeri.
Dalam rangka deteksi serangan, BSSN bekerja sama dengan IHP telah lakukan pemasangan perangkat honeypot agar upaya deteksi dapat lebih akurat. Pemasangan honeypot sudah dilakukan di 18 provinsi dengan jumlah sekitar 53 perangkat.
"Kami harapkan tahun ini kembali meningkat jumlah honeypot. Mengingat serangan yang terjadi terus meningkat dari waktu ke waktu," ucap Aries.
Dikatakan, isu keamanan siber adalah hal yang penting untuk menjadi perhatian bersama. Dalam konteks ini merupakan tanggung jawab seluruh komponen. "Dalam menghadapi ancaman tersebut dibutuhkan komitmen untuk serius tingkatkan keamanan siber," ujarnya.
Praktisi keamanan siber, Royke Tobing, menjelaskan, sedikitnya ada beberapa masalah besar terkait cyber security postur. Pertama terkait social engineering attack dan adanya peningkatan serangan supply chain attack.
"Hampir seluruh insiden lima tahun terakhir diserang melalui pihak ketiga supply chain-nya.Kemudian yang jadi masalah adalah service provider," kata Royke Tobing.
Comments
Post a Comment