Virus Corona Dorong Lonjakan Trafik Konsultasi Dokter, Halodoc Atasi dengan Teknologi AWS

Alfonsius Timboel

Indonesiainside.id, Jakarta – Halodoc, platform digital healthcare, mengakui terjadinya lonjakan signifikan trafik konsultasi dokter dan pembelian produk masker, hand sanitizer, serta vitamin akibat merebaknya wabah virus corona. Pemerintah telah mengumumkan jumlah pasien yang terkonfirmasi virus corona COVID-19 di Indonesia melonjak drastis menjadi 19 orang, dari sebelumnya hanya 6 pasien.
Alfonsius Timboel, Chief Product Officer Halodoc, mengakui virus corona telah menciptakan lonjakan trafik untuk konsultasi dokter. Di sisi lain, permintaan untuk produk masker, hand sanitizer, vitamin, serta produk daya tahan tubuh juga melonjak signifikan. “Saat virus corona ini merebak, terjadi lonjakan trafik dan transaksi di Halodoc, kapasitas server kami juga harus kuat untuk menghadapi hal itu. Kalau masih konvensional, harus beli rak server lagi, tambah orang, nah kalau AWS semua sudah bisa tersistem dan langsung, sesuai dengan demand di pasar,” ujarnya di Jakarta, Selasa (10/3).
Dia menilai saat ini merupakan peluang untuk mengedukasi masyarakat untuk dapat membantu menangani virus corona secara luas. Dalam menghadapi virus corona Halodoc telah bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemda untuk menanggulangi bersama.
“Halodoc coba membantu masyrakat. Ini peluang, untuk mengenalkan Halodoc kepada masyarakat. Kadang-kadang kan masyarakat lihat virus corona ini secara ekstrem sehingga perlu konsultasi ke dokter, nah Halodoc berupaya untuk menghubungkannya. Tapi, ada juga yang konsultasi ke dokter, padahal ternyata hanya gejala flu biasa, tidak ada demam sama sekali, misalnya. Bandingkan jika orang harus berbondong-bondong ke rumah sakit dan malah tidak bisa dideteksi penyebaran virusnya,” paparnya.
Sampai saat ini, menurut dia, Halodoc telah memiliki 10 juta pengguna aktif per bulan. Halodoc juga menghubungkan antara pengguna aktif itu dengan 20 ribu dokter dan 1.800 apotek di seluruh Indonesia. Halodoc juga menjalin kerjasama dengan Gojek untuk pengiriman produk farmasi dari apotek di 85 kota di mana Gojek beroperasi.
Alfonsius menjelaskan pihaknya telah menggunakan teknologi AWS sejak awal-awal berdiri tahun 2016 silam untuk mengantisipasi lonjakan trafik secara drastis. “AWS juga membantu kami untuk go to the market lebih cepat. Setelah kami evaluasi sistem, butuh waktu 2-3 bulan untuk go to the market dengan server on premis, butuh investasi server dan orang. Dengan AWS, bisa 2 minggu langsung bisa, tergantung solusi yang akan dibuat dan fitur-fiturnya,” ujarnya.
Selain lebih cepat masuk ke pasar, menurut dia, manfaat kedua terkait dengan optimalisasi cost. Kalau menggunakan server tradisional, dibutuhkan tambahan orang untuk mengelola server dan juga keamanan siber. Ditambah lagi, lanjut dia, dengan teknologi AWS, cost management jadi lebih mudah dan fleksibel karena sesuai dengan kebutuhan, bisa dinaikkan dan diturunkan secara spontan. “Misalnya, wabah corona sudah berkurang, bisa diturunkan kebutuhan untuk trafik, jadi cost management-nya lebih mudah. Lebih fleksibel buat kami,” jelasnya.
Alfonsius menjelaskan Halodoc telah menggunakan berbagai layanan dari AWS seperti Amazon Redshift, Amazon S3, dan Amazon RDS. Selain itu, analisis data di AWS juga memungkinkan tim manajemen memperoleh data yang lebih cepat sehingga membantu dalam mengambil keputusan (decision making). “Kalau dapat datanya lebih cepat, kita bisa go to the market lebih cepat, dan kita dapat umpan balik juga lebih cepat. Sehingga kita bisa mengubah strategi jika produk ini tidak sesuai permintaan pasar. Daripada mesti menunggu 2 bulan dan pas di-launching produknya tidak cocok. Jadi agility sangat penting untuk mengambil umpan balik dari pasar,” jelasnya.(*/Dry)

Comments