Bukan Smartphone, Dua Hal Ini Jadi Incaran Hacker Sekarang

 Bukan Smartphone, Dua Hal Ini Jadi Incaran Hacker Sekarang  

  Suara.com - Secara khusus, Kaspersky mencatat pergeseran target pelaku kejahatan siber. Tadinya ponsel cerdas dan perangkat pribadi, kini sistem kontrol industri (ICS) dan Internet of Things (IoT).


Kaspersky juga berbagi perspektif sektor swasta untuk mengatasi tantangan dalam membangun transformasi digital yang memiliki kekokohan dan keamanan siber di Asia Pasifik.


"Di satu sisi, orang-orang berisiko lebih besar mengalami ancaman dunia maya karena mereka bekerja dari jarak jauh dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk online. Di sisi lain, ada lebih banyak pelaku kejahatan siber, dan mereka semakin terampil dan berpengalaman," ujar CEO di Kaspersky, Eugene Kaspersky dalam virtual press conference, Selasa (2/3/2021).


Pada 2020, Kaspersky melihat deteksi file berbahaya yang unik meningkat 20 hingga 25 persen sehari.

"Hari ini, peneliti kami juga memantau dengan cermat lebih dari 200 grup aktor ancaman dunia maya yang bertanggung jawab atas serangan yang sangat ditargetkan terhadap bank, pemerintah, atau infrastruktur penting negara,” ungkapnya.


Nguyen Huy Dung, Wakil Menteri Kementerian Informasi dan Komunikasi Vietnam (MIC), berbagi tentang bagaimana negara tersebut telah melakukan langkah-langkah aktif untuk mengamankan ruang sibernya, yang mencakup penetapan undang-undang, standar, dan cetak biru keamanan siber nasional di seluruh organisasi pemerintah dan swasta.

“Tidak ada yang bisa mengatasi ancaman dunia maya sendirian. Tidak ada yang bisa aman sendirian, ” tegas Dung.

Dia menyoroti model perlindungan empat lapis di Vietnam yang melibatkan tim internal (lapis pertama), layanan keamanan siber 24/7 oleh penyedia profesional (lapis kedua), audit keamanan independen (lapis ketiga), dan pemantauan independen oleh Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) Otoritas Keamanan Informasi, Kementerian Informasi dan Komunikasi (lapisan ke-4).


Sementara itu, Greg Austin, Profesor Keamanan Siber, Strategi, dan Diplomasi di Universitas New South Wales, menggarisbawahi hubungan penting antara pembangunan kapasitas keamanan siber dan investasi dalam pendidikan.

“Secara global kita belum menghasilkan cukup profesional keamanan siber,” kata Dr. Austin.


Dia menambahkan bahwa, sebagian besar negara tidak siap untuk melakukan investasi pada pendidikan demi ambisi keamanan siber yang mereka bicarakan.


"Transformasi digital dan pembangunan kapasitas pertahanan harus mencakup transformasi pendidikan," terangnya.


Dia juga mencatat bahwa Strategi Keamanan Siber Australia 2020 akan menginvestasikan 26 juta untuk pendidikan dari total anggaran 1,67 miliar dolar AS yang dialokasikan, selama lebih dari 10 tahun untuk mencapai visi menciptakan dunia online yang lebih aman bagi warga Australia, bisnis mereka, dan layanan penting lain diatasnya.


Sebagai saran, Dr. Austin mencatat bahwa lulusan dari perguruan tinggi dan universitas harus dihadapkan pada simulasi kehidupan nyata, latihan, dan urgensi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka tentang keamanan siber.

Azleyna Ariffin Principal Assistant Director, National Cyber Security Agency (NACSA) Malaysia, menggemakan kebutuhan akan para ahli dan itu harus menjadi bagian dari strategi suatu negara.


“Kita juga perlu fokus pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan dalam keamanan siber sehingga akan menjadi kerjasama yang lebih efektif jika kita memiliki tingkat keterampilan dan pemahaman yang sama terkait dengan ancaman dan keamanan siber," terangnya.

Nur Achmadi Salmawan, Direktur Infrastruktur Informasi Kritis Nasional, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyatakan bahwa BSSN juga melibatkan beberapa instansi pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menyebarkan kesadaran keamanan siber di masyarakat Indonesia.


Berfokus pada perlindungan kepentingan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, ia menyoroti bahwa pada Desember lalu BSSN telah meluncurkan Rancangan Strategi Keamanan Siber Nasional untuk negara.


“Media sosial menjadi senjata bagi organisasi dan individu untuk memanipulasi informasi demi kepentingannya sendiri. Penting untuk menginformasikan kepada masyarakat bagaimana menggunakan internet dengan benar dan aman, ” pungkasnya.

Sumber : https://www.suara.com/tekno/2021/03/03/182340/bukan-smartphone-dua-hal-ini-jadi-incaran-hacker-sekarang?page=all

Comments