Vaksin COVID-19 Bocor ke Dark Web

 Korea Selatan mulai gelar vaksinasi COVID-19 massal hari ini. Dilansir dari AP, ribuan penduduk akan menerima suntikan pertama vaksin COVID-19 Astrazeneca.  Jakarta - Vaksin virus Corona (COVID-19) bocor ke dark web alias situs gelap. Hal itu terungkap dari hasil studi yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Kaspersky.

Dilansir CBS News, Selasa (9/3/2021), penjual di 15 situs gelap yang berbeda telah menyebarkan ratusan dosis yang mereka duga adalah vaksin COVID-19.


"Ada bukti yang menunjukkan bahwa beberapa penjual ini memberikan dosis nyata. Ada gambar kemasan dan sertifikat medis. Sepertinya beberapa dari orang-orang ini memiliki akses di dalam ke institusi medis," kata Dmitry Galov, peneliti di Kaspersky yang memimpin studi penjualan vaksin online terlarang.

Harga vaksin dibanderol hingga US$ 1.200 per pop. Peneliti Kaspersky yang menyelesaikan studi mereka dua minggu lalu mengatakan beberapa penjaja vaksin telah menyelesaikan sebanyak 500 transaksi.

Galov mengatakan harga vaksin COVID-19 di situs gelap mengalami kenaikan baru-baru ini dan semua penjualan dilakukan menggunakan uang kripto alias cryptocurrency seperti bitcoin sehingga membuatnya sulit dilacak.


Tetapi setidaknya beberapa penjual mengklaim bahwa mereka berada di Amerika Serikat (AS) berdasarkan penelitian tersebut. Penjual lain mengatakan mereka berbasis di Eropa.


Salah satu iklan vaksin yang ditemukan peneliti Kaspersky menyatakan bahwa mereka tidak menjual vaksin tetapi menerima sumbangan sebagai ganti dosis. "Donasi Anda akan membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa, jadi tolong tunjukkan kemurahan hati Anda," demikian tertera dalam penawaran tersebut.


Mereka juga menginstruksikan pendonor untuk mengirim US$ 81 dalam bentuk bitcoin per dosis yang diminta dimuka, bersama dengan nama, alamat, dan penyakit atau kondisi medis yang diketahui untuk mendapatkan pengiriman vaksin. Penjual juga menyatakan bahwa persediaan terbatas.


Vaksin COVID-19 itu asli atau palsu? jawabannya di halaman selanjutnya


1. Peneliti Kaspersky percaya 30% yang dijual di situs gelap adalah vaksin asli. Dijelaskan Galov, para peneliti Kaspersky menemukan setidaknya segelintir penjual yang telah menyelesaikan ratusan transaksi yang diantaranya merupakan vaksin sebenarnya.


"Ada gambar kemasan dan sertifikat medis. Sepertinya beberapa dari orang-orang ini memiliki akses di dalam ke institusi medis," sebutnya.


Lev Kubiak, kepala petugas keamanan di Pfizer mengatakan kepada CBS MoneyWatch bahwa perusahaan farmasi itu telah menemukan beberapa contoh penipu yang memalsukan kemasan perusahaan, tetapi tidak ada vaksin asli untuk dijual.


"Pfizer secara proaktif memantau internet termasuk web gelap, dan berkoordinasi dengan penegak hukum," kata Kubiak.


Kubiak mengatakan Pfizer telah melacak dengan cermat kemana tujuan vaksinnya. "Di AS, tidak ada biaya untuk divaksinasi, dan satu-satunya vaksin yang dijual di AS adalah ke lembaga pemerintah," katanya.


"Orang-orang harus sangat berhati-hati. Sejauh yang kami tahu tidak ada kebocoran dosis (di luar saluran vaksinasi yang sah)," tegas dia.


Sementara juru bicara pembuat vaksin Moderna dan AstraZenca belum memberikan konfirmasi.


Sebuah studi akademis yang diterbitkan pada bulan Januari menemukan tawaran vaksin mulai bermunculan di web gelap sejak Maret 2020. Tawaran itu hampir pasti palsu.


Bulan lalu, Check Point memberi tahu CBS Chicago bahwa jumlah iklan vaksin di web gelap telah berkembang pesat selama enam minggu sebelumnya. Tetapi ketika peneliti dari perusahaan keamanan siber itu mencoba membeli vaksin, penjualnya menghilang sebelum peneliti mendapatkan dosis apa pun.


"Harapan kami rendah, dan, tentu saja, tidak terpenuhi," kata Mark Ostrowski, kepala teknik Check Point, kepada CBS Chicago

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5487640/vaksin-covid-19-bocor-ke-dark-web

Comments