TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari perusahaan keamanan siber Tracet telah menemukan cacat pada aplikasi pesan WhatsApp yang memungkinkan peretas atau hacker melacak pengguna. Masalahnya muncul melalui fitur status online dari aplikasi pesan instan itu yang tersedia secara default.
Menurut laporan tersebut, ada aplikasi Android dan iPhone serta beberapa layanan Web tersedia yang memanfaatkan fitur status online itu untuk memungkinkan pihak ketiga melacak individu—tanpa mendapatkan persetujuan mereka. Hacker dapat menggunakan solusi pelacakan tersebut untuk mengawasi pengguna WhatsApp.
Firma keamanan siber Traced telah menemukan aplikasi dan layanan yang dapat digunakan oleh penguntit untuk melacak kapan pengguna menjadi aktif di WhatsApp. "Anda bisa memasukkan nomor ponsel apa pun, dan jika orang itu menggunakan WhatsApp, pelacak status akan memberikan tanggal dan waktu yang tepat orang tersebut membuka WhatsApp," kata Traced dalam sebuah postingan blog.
WhatsApp telah menyediakan fitur status online untuk memberi tahu orang-orang ketika pengguna sedang online. Namun, tidak seperti fitur Last Seen dan Status messages, pengguna tidak memiliki opsi untuk menonaktifkan atau mengubah status online. Inilah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga.
Dikutip Gadget NDTV, 16 April 2021, banyak pelacak status online WhatsApp memasarkan diri mereka sendiri sebagai solusi untuk membantu orang mengetahui kapan kontak mereka online di aplikasi. Namun, mereka dapat dengan mudah digunakan oleh penguntit dunia maya untuk terus memantau orang lain.
Beberapa pelacak status online WhatsApp juga ditemukan memungkinkan pengguna memasukkan nomor telepon dua individu. Ini membantu untuk memperkirakan apakah kedua pengguna sedang mengobrol satu sama lain di aplikasi pada waktu tertentu.
Google tidak mengizinkan aplikasi cyberstalking dipublikasikan di Play Store-nya. Namun, aplikasi pelacakan online WhatsApp di Google Play berpura-pura sebagai solusi untuk memberi tahu orang tua dan pasangan saat orang yang mereka cintai sedang online di WhatsApp.
Ini tidak terjadi dengan pelacak online berbasis web karena beberapa dari mereka dipromosikan dengan jelas sebagai solusi untuk melacak akun WhatsApp individu. Penting untuk dicatat bahwa pelacak online hanya dapat digunakan untuk melihat ketika seseorang menggunakan WhatsApp.
Artinya, solusi pelacakan untungnya tidak memungkinkan seseorang untuk melihat pesan atau aktivitas online mereka. Pihak ketiga juga membutuhkan nomor telepon terkait WhatsApp pengguna untuk melacak status online mereka.
Karena itu, cara WhatsApp merancang fitur status online tampaknya menjadi penyebab utama untuk memungkinkan bentuk penguntitan dunia maya ini melalui solusi pihak ketiga.
Menanggapi hal itu, juru bicara aplikasi besutan Facebook itu menjelaskan, pihaknya telah menyediakan pengaturan yang memungkinkan orang memilih siapa yang dapat melihat waktu pengguna 'terakhir terlihat' dalam WhatsApp. Ini untuk membantu mencegah penyalahgunaan.
“Kami secara teratur bekerja sama dengan toko aplikasi untuk mencari penghapusan aplikasi yang berusaha melanggar persyaratan layanan kami,” ujar juru bicara itu.
Selain itu, aplikasi berlogo gagang telepon itu telah melarang akun WhatsApp yang terkait dengan situs web tersebut, dan meminta Google menghapus aplikasi tersebut dari Play Store, serta mengambil tindakan hukum yang sesuai.
Mengotomatiskan fitur WhatsApp untuk mengikis informasi merupakan pelanggaran terhadap persyaratan layanan WhatsApp. “Kami akan terus mengambil tindakan untuk melindungi privasi pengguna kami dan membantu mencegah penyalahgunaan.”
Comments
Post a Comment