Tantangan Vaksinasi Merdeka: Hoaks, Takut Jarum, Hingga Warga Lansia

 


Tantangan Vaksinasi Merdeka: Hoaks, Takut Jarum, Hingga Warga Lansia

Jakarta - Sudah sejak beberapa hari, warga di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat setiap pagi melihat petugas vaksinator mengenakan alat perlindung diri (APD) mondar-mandir di sekitar rumah mereka. Ditemani aparat kepolisian dan TNI, petugas menyisir rumah warga yang belum tervaksin sambil menenteng kotak es berisi ampul vaksin  Vaksinasi Merdeka.

Stiker berisi keterangan telah divaksin yang dipasang oleh ketua RT di rumah warga, memudahkan petugas mendatangi rumah-rumah yang belum menerima vaksin. 

"Kami memberikan vaksinasi dari rumah ke rumah kepada warga agar terbentuk herd imunity," ujar Kepala Polsek Sawah Besar Ajun Komisaris Maulana Mukarom kepada Tempo, Selasa, 17 Agustus 2021. Saat ini sudah 80 persen warga yang menerima vaksin.  

Maulana turut menemani vaksinator "memburu" warga yang belum pernah mendapatkan vaksin. Meski berniat mulia, masih banyak warga memilih mengunci pintu rumahnya dari tim vaksinator. Mereka yang takut divaksin, karena kadung percaya dengan informasi menyesatkan soal dampak vaksinasi. Seperti akan sakit parah, menjadi terpapar Covid-19, hingga ukuran kelamin yang membengkak setelah menerima vaksin. 

"Banyak masyarakat yang masih menelan mentah-mentah informasi itu," ujar Maulana mengakui kendala informasi hoaks yang menyulitkan program Vaksinasi Merdeka. 

Tidak cuma dipersulit oleh hoaks, Maulana juga harus berusaha keras membujuk masyarakat yang menolak divaksin karena takut dengan jarum suntik. Walau terdengar tidak masuk akal, Maulana mengatakan cukup banyak warga di Sawah Besar yang ogah divaksin karena alasan itu. 

Seperti yang dialami seorang pria paruh baya, Hasan, warga Sawah Besar itu harus dipegangi dua orang petugas vaksinator karena histeris saat akan disuntik. Hasan tak bisa menolak perintah vaksinasi setelah rumahnya didatangi sekitar lima orang petugas dan membujuknya menerima vaksinasi Covid-19. 

"Saya kaget, tiba-tiba ada banyak orang datang ke rumah. Iya saya (menolak divaksin karena) takut disuntik," kata Hasan. 

Lain tempat, lain kendala. Di Kabupaten Bekasi atau tepatnya di Desa Segaramakmur, Kecamatan Tarumajaya, warga justru antusias mengikuti Vaksinasi Merdeka yang digelar di Balai Desa. Namun, tidak semua warga mampu pergi ke gerai vaksin karena keterbatasan fisik, seperti yang dialami Emah, 78 tahun.

Emah yang lumpuh digendong Kapolsek Tarumajaya Jaya Ajun Komisaris Edy Suprayitno ke gerai vaksin di Balai Desa. Edy melakukan hal itu, karena Emah tidak memiliki keluarga yang mampu membawanya ke gerai vaksin. 

"Nenek Emah sehari-hari hanya tinggal dengan cucunya yang berusia 13 tahun. Dia hidup bergantung belas kasih tetangga," ujar Edy. 

Edy menggendong Emah dari rumahnya yang berada di Kampung Tanah Makmur, RT02 RW 14, menuju kantor Desa Segaramakmur. Edy mengatakan vaksinasi Covid-19 merupakan keinginan dari wanita kelahiran tahun 1943 itu sendiri.

"Biar sehat, biar panjang umur (alasan mau divaksin), masih ngurusin cucu anak yatim," kata Edy menirukan Emah. Cucu Emah dua orang. Satu di antaranya diasuh ibunya di Kemayoran.  

Seperti diketahui, program Vaksinasi Merdeka adalah salah satu strategi Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) DKI Jakarta untuk mempercepat vaksinasi guna mewujudkan kekebalan komunal masyarakat (herd immunity) 100 persen di Ibu Kota.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam peluncuran program Vaksinasi Merdeka di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan 1 Agustus 2021 mengatakan, jika herd imunity di masyarakat terjadi, maka akan menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi. "Karena syarat agar pertumbuhan ekonomi berjalan dan berkembang, kesehatan harus jadi prirotas," ujar Listyo. 

Sumber:

https://metro.tempo.co/read/1495511/tantangan-vaksinasi-merdeka-hoaks-takut-jarum-hingga-warga-lansia/full&view=ok


Comments