Waspada Bahaya Software Bajakan Bagi Proyek Infrastruktur

Building Information Modelling dari Autodesk

Jakarta: Pemerintah terus menggenjot proyek-proyek infrastruktur di berbagai daerah. Untuk tahun ini saja pemerintah mengucurkan senilai Rp417,8 triliun untuk berbagai proyek infrastruktur.

Autodesk, vendor software untuk arsitektur dan konstruksi, memperingatkan bahaya keamanan pada proyek-proyek infrastruktur yang masih menggunakan software bajakan.

BSA Global Software Survey 2018 mendapati bahwa pemakaian software bajakan di Indonesia masih tinggi, yakni mencapai 83 persen. Menurut survei itu, software bajakan akan membuat perusahaan berpeluang mengalami satu dari tiga infeksi malware.

Pada saat pandemi, serangan siber ke Indonesia memang meningkat. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan telah terjadi sebanyak 495 juta lebih serangan siber yang bersifat teknis pada 2020.

Bagi pengembang infrastruktur, jelas ancaman ini tak bisa dianggap enteng. “Itulah sebabnya kami di Autodesk mengucurkan investasi yang signifikan dalam mengedukasi pelanggan kami tentang pentingnya menggunakan software legal dan juga menanamkan solusi keamanan yang kuat di dalam berbagai solusi kami,” ujar Haresh Khoobchandani, Vice President of Sales, Autodesk Asia Pacific.

Di sisi lain, Autodesk juga mengintegrasikan keamanan yang kuat dan bersifat holistik dalam seluruh fase pengembangan software mereka. Autodesk mengaku membenamkan fitur keamanan di dalam produk dan infrastruktur yang menggunakan produk itu, termasuk proteksi di endpoint, management identitas dan akses, patching, dan sebagainya.

Di Indonesia, Autodesk berkolaborasi dengan berbagai perusahaan lokal sejak 2018, termasuk BUMN konstruksi Waskita Karya. Salah satu proyek infrastruktur garapan Waskita Karya yang menggunakan solusi Autodesk adalah Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur.

Bendungan Temef dibangun untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, dengan anggaran sebesar Rp253,2 miliar untuk 2021. Di proyek ini, Waskita Karya menggunakan solusi Autodesk seperti Civil 3D, Revit, dan Navisworks untuk mengurangi produksi gambar dan engineering sampai 50 persen.

Waskita juga menggunakan solusi Building Information Modelling (BIM) 360 mengintegrasikan, mendigitalkan, dan mengotomatisasi alur kerja supaya menghasilkan produktivitas yang lebih besar.

BIM adalah tool untuk melakukan modelling, engineering, dan konstruksi secara digital untuk proyek-proyek seperti pembangunan jalan raya, jalan tol, bendungan, bangunan pencakar langit, terowongan, dan sebagainya.

BIM memungkinkan model kerja kolaboratif dan ini sangat membantu pada saat pandemi Covid-19 terjadi di mana berbagai stakeholder bisa berbagi data dengan cepat pada saat terjadi pembatasan sosial. BIM juga membuat simulasi proyek secara digital dan real-time sehingga proses pembangunan bisa dipantau dan selesai tepat waktu.

Proyek juga bisa menghemat material dan pada akhirnya menghemat anggaran secara keseluruhan. Juga menjamin keberlanjutan dengan memperhitungkan unsur-unsur seperti jadwal, kuantitas bahan bangunan, pemanasan dan pendinginan, sinar matahari dan aliran udara alami, kepadatan orang dan jejak karbon yang sesuai.

Sebuah studi dari McKinsey mendapati bahwa 75 persen perusahaan yang mengadopsi BIM melaporkan positive returns pada investasi mereka, siklus proyek yang lebih pendek, dan penghematan kertas serta material. Bahkan di Singapura, pemerintah memandatkan semua proyek infrastruktur publik menggunakan BIM.

“Saat ini, digitalisasi adalah pendorong utama dalam mempercepat pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia. Tidak hanya untuk mengatasi masalah tradisional seperti ekosistem yang terfragmentasi dan ketergantungan yang berlebihan pada tenaga kerja manual di lokasi, tetapi juga membantu sektor konstruksi untuk beradaptasi dengan cara kerja yang baru,” kata Khoobchandani.

“Ini peluang bagi Autodesk untuk mendukung bangsa Indonesia dalam mendorong digitalisasi di industri konstruksi.”

Sumber : https://www.medcom.id/teknologi/news-teknologi/8Kyj24EN-waspada-bahaya-software-bajakan-bagi-proyek-infrastruktur

Comments