Ditemukan Adanya Kebocoran Data, Ekonom INDEF Minta Pemerintah Perkuat Digital Security System

Jaringan Aktivis Muda Nusantara (JAMNUSA) menggelar Fokus Grup Diskusi virtual bertajuk 'Maraknya Fenomena Pencurian Data Pengguna Platform Digital Perusahaan E-Commerce Yang Dapat Berimplikasi Terhadap Perekonomian Nasional' pada Selasa (5/10/2021).

Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan memaparkan tentang adanya 79.439 akun yang mengalami kebocoran data berdasarkan top 6 malware stealer pada tahun 2020.

Kebocoran data tersebut pun menjadi perhatian BSSN saat ini.

Hal tersebut disampaikannya dalam Fokus Grup Diskusi virtual yang digelar Jaringan Aktivis Muda Nusantara (JAMNUSA) pada Selasa (5/10/2021).

Dalam diskusi bertajuk 'Maraknya Fenomena Pencurian Data Pengguna Platform Digital Perusahaan E-Commerce Yang Dapat Berimplikasi Terhadap Perekonomian Nasional' itu dihadiri oleh sejumlah narasumber, yakni Berly Martawardaya selaku Direktur Riset INDEF & Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Selanjutnya, Anton Setiyawan selaku Juru Bicara Badan Siber & Sandi Negara (BSSN) dan terakhir Royke Tobing selaku Praktisi Keamanan Siber.

"Di tahun 2020 ada sekitar 79.439 akun yang mengalami kebocoran data, ini tentunya terus menjadi perhatian serius kami di BSSN," katanya.

Lalu Anton juga menjelaskan tentang maraknya serangan siber di tahun 2021, serta metode yang paling banyak digunakan dan berhasil adalah phissing, untuk target tertentu.

"Di tahun 2021 ini ada sekitar 400-an juta serangan siber dengan berbagai metode dan yang paling banyak digunakan dan berhasil adalah phissing untuk target tertentu, sehingga ini sangat perlu diwaspadai," jelasnya.

Juru Bicara BSSN itu juga mengingatkan agar setiap penyelenggara sistem elektronik (PSE) harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan yang andal dan aman.

Selain itu, masyarakat pun diimbau turut bertanggung jawab untuk menjaga data pribadinya dengan menghindari menggunakan password yang mudah ditebak, seperti tanggal lahir, nama pribadi dan nomor handphone.

"Yang perlu digarisbawahi setiap Penyelenggara Sistem Elektronik dan Pelaku ekonomi digital E Commerce punya tanggung jawab untuk menyediakan platform yang Andal dan Aman, serta memastikan keamanan data penggunanya," jelas Anton.

"Lalu masyarakat juga harus sadar tentang pentingnya melindungi data pribadi, ya salah satunya dengan cara hindari menggunakan pasword yang mudah ditebak seperti tanggal lahir, nama pribadi dan nomor handphone", tambahnya.

Sementara itu, Berly Martawardaya selaku Ekonom INDEF mengingatkan tentang besarnya potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia akan tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan sistem keamanan data.

"E-commerce menjadi motor penggerak ekonomi digital utama, lalu kemudian disusul ride hailing, online travel dan online media, namun sangat disayangkan semuanya ini belum diimbangi dengan Penguatan sistem keamanan data," ujar Berly.

Ekonom yang juga Dosen di Fakultas Ekonomi & Bisnis UI ini juga menyinggung Digital Security Indonesia tahun 2020 yang menduduki rangking 79, dan terbilang cukup rendah dibanding negara Asean lainnya.

"Potensi dan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sangat besar, kepercayaan masyarakat indonesia masih rendah terhadap ekonomi digital, perlu kerja lebih keras dari Pemerintah dan semua komponen terkait untuk memperkuat digital security dan mendorong pengesahan UU perlindungan data pribadi sebagai payung hukumnya," terang Berly.

Sementara itu, Praktisi Keamanan Siber, Royke Tobing menjelaskan tentang maraknya insiden Data Breach yang pelakunya 70% dilakukan oleh hacker.

"Seringkali insiden Data Breach ini 70% pelakunya dilakukan oleh Hacker, "terang Royke.

Royke juga memaparkan bahwa pada tahun 2021, social engineering menjadi penyebab utama data breach, lalu insiden Data breach terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Dari hasil riset dan kajian kami, di tahun 2021 ini social engineering menjadi penyebab utama data breach, lalu dari tahun ke tahun terus meningkat, ini perlu diantisipasi lewat pengesahan RUU Keamanan dan Ketahanan Siber, sehingga hal ini juga akan berdampak pada penguatan Peran BSSN," ungkap Royke.

Terakhir Royke juga menuturkan Credentials adalah data yang paling banyak dicuri dan System intrusion menjadi pola utama data breaches di industri retail, termasuk e-commerce.

Sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2021/10/05/ditemukan-adanya-kebocoran-data-ekonom-indef-minta-pemerintah-perkuat-digital-security-system?page=all

Comments