Jokowi Minta TNI Siaga Ancaman Siber hingga Kedaulatan Laut

Sejumlah anggota TNI, Polri dan nelayan membentangkan bendera merah putih di perairan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (17/8/2021). (ANTARA FOTO/ARNAS PADDA)

Jakarta, -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta agar TNI selalu siap dalam menghadapi spektrum ancaman yang lebih luas baik upaya perongrongan kedaulatan di laut hingga ancaman terorisme di dalam negeri.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam pidato Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 TNI di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/10).

"Saya minta selalu diaktifkan dalam menghadapi spektrum ancaman yang lebih luas, seperti pelanggaran kedaulatan, pencurian kekayaan alam di laut, radikalisme, terorisme, ancaman siber, dan ancaman biologi, termasuk juga ancaman bencana alam," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, untuk menghadapi spektrum ancaman yang semakin luas, transformasi pertahanan harus terus dilanjutkan. Jokowi menyebut hal itu dilakukan untuk fondasi bagi pembentukan kapabilitas pertahanan modern yang relevan dengan perkembangan teknologi militer kekinian.

"Sehingga TNI dapat bertransformasi menjadi kekuatan pertahanan Indonesia yang mampu berperan di lingkungan strategis regional maupun global," ujarnya.

Selain itu, Jokowi menilai, penguatan budaya strategis perwira dan prajurit TNI juga harus tetap jadi fondasi utama transformasi pertahanan. Ia berkata, TNI harus menjaga keamanan rakyat yang defensif aktif dengan pertahanan berlapis.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyampaikan, TNI dalam hal itu harus memanfaatkan lompatan tekno militer dan investasi pertahanan yang terencana.

"Modernisasi pertahanan ini juga harus disertai dengan terobosan, pengelolaan ekonomi dan investasi pertahanan. Saya tegaskan kembali kita harus bergeser dari kebijakan belanja jadi investasi pertahanan," ujar mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Diketahui, beberapa permasalahan yang disebutkan oleh Jokowi sedang mengancam Indonesia. Kedaulatan laut misalnya. Satu unit kapal riset milik China, Hai Yang Di Zhi 10 disebut oleh Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Imam Prakoso tengah mondar-mandir di perairan Laut Natuna Utara.

Imam menjelaskan kapal itu bergerak dengan pola kotal seperti sawah. Ia berada di kawasan Laut Natuna Utara sejak 31 Agustus hingga 29 September. Namun demikian, TNI AL mengklaim bahwa kapal itu berada di luar yurisdiksi dan belum terpantau melanggar aturan.

Selain itu, terkait terorisme, Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Polri menemukan 35 kilogram bahan peledak yang sempat disembunyikan napi teroris di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211005090509-20-703413/jokowi-minta-tni-siaga-ancaman-siber-hingga-kedaulatan-laut

Comments