Pentingnya Aspek Keamanan dalam Transformasi Digital

Ilustrasi digital. (Foto: Antara)
Melandanya pandemi Covid-19 mendorong perusahaan untuk berlomba-lomba mengadopsi teknologi dan bermigrasi ke cloud. Namun, aspek keamanan seringkali luput dari strategi transformasi digital mereka. Hal ini tentu berbahaya mengingat betapa merajalelanya kejahatan siber seperti malware.

“Dengan adanya insiden malware yang tiada hentinya, digitalisasi tanpa keamanan bagaikan membangun gedung pencakar langit di atas pasir. Bisa hancur hanya dalam satu hari,” ungkap Wilson Xiong selaku pendiri dan COO perusahaan teknologi Sangfor Technologies dalam acara Sangfor Epic-Innovation Summit 2021, Kamis (21/10/2021).

Hal senada juga diungkapkan oleh Guy Rosefelt selaku Chief Marketing Officer, Security di Sangfor.

Menurut Guy, produk keamanan umumnya hanya fokus melindungi perangkat tertentu dan cenderung tidak terintegrasi dengan sistem lainnya.

Misalnya, produk keamanan end-point hanya melindungi perangkat end-point saja. Begitu pula dengan produk keamanan yang dikhususkan untuk aplikasi. Tak hanya itu, banyak organisasi yang menggunakan lebih dari satu produk vendor untuk kebutuhan keamanan dan jaringan.

“Berbagai produk sistem keamanan ini seolah tidak berkomunikasi dengan satu sama lain. Ada celah di antara produk-produk keamanan ini, sehingga memungkinkan malware untuk masuk ke sistem,” ujar Guy.

Menurut Guy, perusahaan umumnya membutuhkan waktu 197 hari untuk mendeteksi insiden keamanan (breach), serta 69 hari untuk menanganinya. Belum lagi insiden keamanan bisa memakan dana hingga $3,68 juta.

“Sehingga dibutuhkan koneksi, sinergi yang lebih baik antara produk keamanan. Jadi produk keamanan ini bisa memperluas lingkup mereka, sehingga bisa menutup celah dari serangan siber,” jelas Guy.

Ia menambahkan, integrasi antar produk keamanan ini bisa membantu meningkatkan kemampuan mendeteksi ancaman siber hingga 90%. Produktivitas pengguna juga berpotensi meningkat 10 kali lipat. Waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi insiden keamanan juga bisa dipangkas hingga lebih dari 95%.

Menanggapi hal ini, lanjut Guy, Sangfor akan mengimplementasikan integrasi Cyber Command Integrator 3rd Party Integration Module dalam beberapa bulan mendatang.

“(Teknologi ini) memungkinkan kita untuk menghubungkan produk pihak ketiga ke Cyber Command baik itu firewall, perangkat jaringan dan lain sebagainya,” ungkap Guy.

“Jadi, Cyber Command tidak hanya akan mengambil data untuk mempertajam breach hunting, tetapi juga bisa membantu perangkat keamanan lainnya meningkatkan kemampuan respon terhadap ancaman (siber),” lanjut Guy.

Sangfor juga memiliki berbagai produk solusi keamanan lainnya. Di antaranya Sangfor Access (SASE) yang memungkinkan cloud wide-area networking yang lebih aman. Terdapat pula Platform-X dan Endpoint Secure (SaaS) untuk perlindungan dan manajemen endpoint berbasis cloud. Kemudian, Sangfor HCI dan Sangfor aDesk (MCI).

Di acara yang sama, Sangfor meluncurkan segmen bisnis terbarunya Managed Cloud Services (MCS) untuk membantu perusahaan berpindah ke cloud secara aman.

Menurut Jason Yuan selaku VP Product & Marketing Sangfor Technologies, MCS menggabungkan kelebihan public cloud dan private cloud.

“Sangfor MCS adalah data center lokal terdistribusi yang menawarkan Infrastructure-as-Service dan Platform-as-Service di mana end-user tidak perlu membangun data center mereka sendiri,” ujar Jason Yuan.

“MCS memungkinkan organisasi fokus ke transformasi digital sekaligus menciptakan lebih banyak nilai bisnis. MCS ini seperti public cloud lokal tetapi dengan keamanan dan layanan yang lebih baik,” tutupnya.

Sumber : https://www.beritasatu.com/digital/844029/pentingnya-aspek-keamanan-dalam-transformasi-digital

Comments