Sepanjang 2022, Serangan Keamanan Siber Didominasi Aktivitas Malware

Hasil monitoring pusat operasi keamanan siber BSSN ada hampir 1 miliar atau 976 juta lebih ini anomali ancaman yang ada di ruang siber selama 2022.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat serangan didominasi malware activity sebanyak 56,84 persen, information leak sebanyak 14,75 persen, trojan activity 10,90 persen, dan yang lainnya 17,51 persen.

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian mengatakan, melihat serangan ini, maka keamanan ruang siber nasional itu tidak bisa hanya satu bagian atau satu institusi tertentu, namun harus bersifat semesta dengan melibatkan semua komponen bangsa.

"Pemerintah harus berkolaborasi dengan pelaku bisnis dan akademisi dalam menjaga keamanan ruang digital," kata Hinsa saat pembukaan ITSEC: Cybser Security Summit 2023 yang bertajuk yang bertajuk Cyber Attack Defense and Mitigation Strategy in the Era of Data Leakage di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan kebocoran data di 2022 di antaranya yang diungkap peretas bernama Bjorka yang sempat membuat heboh.

"Dan sejumlah kebocoran data yang terjadi sepanjang 2022 merupakan pengulangan dari kasus dugaan kebocoran data sebelumnya," ujar Ariandi.

CEO of StoneTree Group, Patrick Dannacher mengatakan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di Indonesia dalam berbagai sektor mengharuskan kita turut meningkatkan kesadaran akan urgensi dari infrastruktur siber yang tangguh mulai dari sumber daya manusia yang kompeten, hingga sistem keamanan yang tepat.

"Meningkatnya isu keamanan siber membuat kita harus cekatan dalam membantu seluruh elemen di Indonesia untuk melindung diri dari setiap ancaman siber yang ada," katanya.

Langkah yang bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat dalam memahami masalah yang terjadi, sehingga setiap orang dapat menjaga datanya tetap aman.

President Director ITSEC Asia, Andri Hutama Putra mengatakan, kejahatan siber tingkat tinggi baru-baru ini telah menyebabkan perusahaan di seluruh dunia mengantisipasi kemungkinan adanya kerentanan dan implikasi negatif pada bisnis mereka.

Tahun lalu, total pengeluaran keamanan siber di Asia Tenggara diperkirakan mencapai USD1,90 miliar dan diperkirakan akan tumbuh hingga USD5,45 miliar pada tahun 2025.

"Saat ini juga banyak pihak yang menganggap penerapan sistem keamanan informasi yang canggih sebagai bentuk investasi jangka panjang yang dapat meningkatkan peluang sebuah perusahaan dan organisasi dalam bertahan dari serangan-serangan siber yang semakin gencar.

Saat ini dunia digital tidak pernah berhenti berevolusi dan berkembang, begitu juga dengan ancaman siber yang semakin bervariasi dan beragam.

Terkait event ITSEC: Cyber Security Summit 2023 sendiri, Andri mengatakan, acara ini dimaksudkan  memberikan kesadaran, pelayanan dan bantuan untuk membangun ekosistem sehingga dapat menciptakan ruang digital yang aman di kemudian hari.

“Seluruh pihak harus dapat bekerjasama secara konkret dan bergandengan tangan untuk saling membantu, baik BSSN, ITSEC Asia sebagai pelaku usaha, dan pemerintah Indonesia, untuk menjaga keamanan ruang lingkup digital di kemudian hari,” katanya.

Konferensi ini membahas beragam tantangan utama yang perlu diwaspadai oleh institusi dan korporasi dalam lanskap keamanan Teknologi Informasi pada tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang, antara lain evolusi kecanggihan serangan siber, peningkatan kebutuhan akan teknologi digital, infrastruktur informasi vital (IIV) dan perkembangan kesadaran akan resiko kejahatan siber.


Sumber : https://www.tribunnews.com/techno/2023/01/19/sepanjang-2022-serangan-keamanan-siber-didominasi-aktivitas-malware

Comments