Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan di tahun 2023 seiring meningkatnya penggunaan internet maka ancaman siber juga akan meningkat.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian mengatakan itu dalam Annual Report BSSN tahun 2022.
Dia menambahkan, ancaman siber yang terjadi antara lain ransomware, data breach, serangan APT, phishing, crypotjacking, DDOS, Serangan Remote Desktop Protocol (RDP), Social Engineering, Web Defacement, AI & IOT Cybercrime.
“Semakin tingginya tingkat pemanfaatan teknologi informasi atau semakin banyaknya orang menggunakan ruang siber digital, pada saat itu juga sebenarnya muncul kerawanan pada sistem tersebut, itu rumusnya. Ancaman siber ke depan tidak akan menurun tapi cenderung meningkat,” ujarnya, kemarin.
Diprediksi, kata dia, bahwa tren ancaman kerawanan di ruang siber akan terus meningkat. Motifnya pun beragam, mulai dari ekonomi, karena eksistensi, konflik bahkan motif sosial.
“Bahkan memasuki tahun pemilu, akan terjadi perkembangan dinamika serangan dunia siber. Tahun 2022 ada total 1.433 notifikasi yang dikirimkan kepada kementerian dan lembaga. Secara umum, serangan di ruang siber itu akan cenderung meningkat. Jadi memang ke depan akan cenderung meningkat karena orang melakukan serangan ini banyak motif,” katanya.
Terkait dengan tahun politik dan ancaman di dunia siber, saat ini sudah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemilu yang terdiri dari sejumlah unsur. Tim ini akan melakukan pemantauan sehingga serangan siber dapat dikendalikan.
“Tentu orang dalam pemilu itu adalah bagaimana mempengaruhi hati dan pikiran agar sesuai dengan keinginan pihak tertentu. Ini juga bisa mendorong meningkatnya serangan siber kalau mereka menggunakan siber, baik dalam rangka mempengaruhi orang,” paparnya.
Hinsa pun mengimbau agar ruang siber digunakan dengan baik dan bijak. Dia mengingatkan agar masyarakat tidak menggunakan ruang siber untuk saling serang dalam tahun politik nanti.
“Gunakan ruang siber untuk menyampaikan visi misi dan program ke depan. Jangan digunakan arena untuk saling menyerang,” katanya.
Terkait dengan tahun politik dan ancaman di dunia siber, saat ini sudah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemilu yang terdiri dari sejumlah unsur.
“BSSN juga sudah melakukan kordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memetakan potensi ancaman yang akan terjadi. Satgas ini sudah bekerja dan kami berharap penyelenggaraan nanti berjalan aman dan lancar,” terangnya.
Dikatakannya, pengamanan Pemilu sudah dimulai Februari 2023 hingga puncak pelaksanaan. BSSN juga melakukan kerja sama dengan instansi di pusat dan daerah, terutama dengan KPU di daerah.
“Kami memberikan asistensi dan menyampaikan kerawanan yang terjadi agar bisa diantisipasi,” tambahnya.
Di sisi lain, BSSN juga mengungkap insiden serangan siber di Indonesia pada 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2021. Di tahun 2022, jumlah serangan hanya 976.429.996, sedangkan tahun 2021 mencapai 1,6 miliar.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara BSSN, Ariandi Putra menuturkan pihaknya sedang melakukan validasi di unit kerja terhadap kondisi anomali tersebut. Pihaknya melihat apa yang terjadi dengan penuruna anomali tersebut.
“Yang jelas kami sampaikan bahwa serangan siber itu tidak pasti akan turun. Logika sederhanya, serangan siber akan meningkat. Tugas kami adalah bagaimana serangan siber ini tidak menjadi insiden,” tandasnya.
Terkait dengan Pemilu 2024 diakuinya akan terjadi kenaikan penggunaan internet yang berdampak pada peningkatan. Satgas Pemilu yang dibentuk akan melakukan pemetaan terhadap beberapa potensi tren keamanan siber yang juga akan menjadi tren di tahun 2024.
“Dengan pemetaan tersebut maka dilakukan mitigasi. Dari tren ini bisa dilihat apa saja yang menjadi modus di masyarakat, kemudian hoax juga masih terjadi. BSSN bekerjasama dengan berbagai pihak agar tren ancaman ini hanya jadi tren saja dan tidak menjadi hal nyata,” pungkasnya.
Comments
Post a Comment