Tercatat serangan itu mencapai 71 juta permintaan per detik (rps) atau 35 persen lebih besar dibandingkan rekor sebelumnya yang dilaporkan mencapai 46 juta rps pada Juni 2022, tulis The Record, media online di bawah grup perusahaan keamanan siber Recorded Future, diakses Selasa (14 Februari 2023).
DDoS adalah serangan siber yang membanjir permintaan palsu ke web server yang telah ditargetkan. Tujuannya agar situsweb korban tidak bisa diakses.
Menurut Cloudflare, penyerang tak dikenal menargetkan penyedia game populer, perusahaan cryptocurrency, penyedia hosting, dan platform cloud computing. Cloudflare bekerja dengan sejumlah penyedia cloud yang infrastrukturnya dimanfaatkan sebagai tempat sarang botnet yang dipakai dalam serangan tersebut.
“Selama setahun terakhir, kami telah melihat lebih banyak serangan yang berasal dari penyedia cloud computing,” kata Cloudflare.
Ini bukan pertama kalinya Cloudflare mengklaim telah menghentikan serangan DDoS “terbesar” yang tercatat. Perusahaan mengatakan bahwa serangan tersebut kini semakin “lebih besar, lebih canggih, dan lebih sering.”
Jumlah serangan DDoS meningkat sebesar 79 persen pada tahun lalu dan berlangsung lebih dari tiga jam meningkat sebesar 87 persen, menurut Cloudflare.
Peretas di balik serangan ini semakin pintar, yaitu sering memilih serangan pemerasan DDoS daripada serangan ransomware, "Karena lebih murah dan lebih mudah," ujar Cloudflare.
“Serangan Ransom DDoS tidak perlu menipu korban untuk membuka email atau mengklik tautan, juga tidak memerlukan intrusi jaringan atau pijakan untuk dilakukan,” perusahaan menambahkan.
Namun, peretas hanya membanjiri korban dengan lalu lintas palsu yang cukup memporakporandakan layanan internet mereka, kemudian meminta pembayaran untuk menghentikan serangan tersebut.
Comments
Post a Comment