Gap Inklusi dan Literasi Keuangan Picu Maraknya Kejahatan Siber

Digitalisasi menjadi sebuah keniscyaan tak terkecuali bagi industri perbankan. Namun, digitalisasi memberikan gap terhadap inklusi dan literasi keuangan. Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anung Herlianto menyatakan, gap tersebut berdampak pada banyaknya kejahatan siber khusunya di industri keuangan.

Seperti diketahui, menurut data dari OJK pada tahun 2022 literasi keuangan sebesar 49,68% dan inklusi keuangan sebesar 85,10%, meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang masing-masing sebesar 38,03% dan 76,19%.

“Bahwa ada gap selama proses digitalisasi ini number of account double selama covid,” ujar Anung dalam acara Spark Indonesia Banking & Finance Summit 2023, Senin, 27 Februari 2023.

Kenaikan jumlah rekening bank tersebut justru ketika jumlah dari kantor cabang bank menurun drastis tanpa ada satupun nasabah yang complain karena sudah tergantikan dengan smartphone untuk mengakses layanan perbankan.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan, sampai dengan Juli 2022 jumlah kantor cabang bank di Indonesia tercatat sebanyak 25.568 unit. Jumlah itu berkurang 4.145 unit dari Juli 2021 yang sebanyak 29.713 unit.

“Kantor bank sebelum covid hampir 33 ribu kantor bank di Indonesia, dua tahun covid jumlah kantor bank menurun menjadi 25 ribu tanpa ada satu pun nasabah complain atau kehilangan layanan perbankan karena smartphone sudah menjadi kantor cabang baru dan itu sangat handy. Itu turun tapi number of account almost doube dari 300 juta mungkin sekarang di sekitaran 500 – 600 juta rekening,” ungkapnya.

Di sisi lain, keamanan siber masih menjadi permasalahan di era digitalisasi ini. Banyak kejahatan siber yang disebabkan karena gap literasi dan inklusi yang terlalu tinggi.

“Tetapi menjadi ada gap, antara antara inklusi yang ditopang oleh digitalisasi tetapi gap dari literasi itu. Oleh karena itu banyak anomaly traffic, social engineering juga marak karena cara mudah untuk bisa membobol bank itu dari ekosistem paling lemah yaitu nasabahnya,” pungkasnya.


Sumber : https://infobanknews.com/gap-inklusi-dan-literasi-keuangan-picu-maraknya-kejahatan-siber/

Comments