Hati-Hati, Ancaman Serangan Siber Mengintai Lewat ChatGPT

Chat Generatif Pre-Trained Transformer atau yang lebih dikenal dengan ChatGPT, merupakan chatbot yang dapat menjawab pertanyaan user dengan langkah yang sama seperti manusia. Namun, bentuknya dalam teks otomatis.

Platform tersebut merupakan garapan perusahaan OpenAI asal San Fransisco, Amerika Serikat. Adapun, ChatGPT termasuk dalam sistem Machine Learning, yakni sebuah cabang ilmu dalam kecerdasan buatan yang memberikan layanan berupa mesin yang dikembangkan guna memperoleh data yang sesuai dengan keinginan.

Dengan metode pelatihan RLHF (Reinforcement Learning From Human Feedback), memungkinkan pengguna yang bertanya dijawab dengan teks serta kalimat yang baik layaknya layanan customer service.

Bahkan, pengguna bisa mengajukan persoalan yang bebas dengan berbagai bahasa dan usia sesuai perintah. Fasilitas tersebut bisa memberikan kemudahan, dan berguna untuk kamu yang ingin mencari jawaban dari sebuah permasalahan.

Dengan kecanggihan tersebut, ChatGPT dengan cepat menjadi populer. Apalagi kemampuannya yang mengagumkan hingga mendorong Microsoft mengumumkan investasi besar di OpenAI.

Namun, dibalik kecanggihan ChatGPT, para pemimpin IT mengatakan terdapat ancaman bagi orang-orang yang sedang online.

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh BlackBerry, chatbot populer tersebut bisa digunakan untuk melawan organisasi dalam bentuk serangan siber yang diinfus AI dalam 12 bulan hingga 24 bulan ke depan.

Penelitian yang dilakukan pada Januari 2023 tersebut, mengatakan bahwa 51 persen dari 1.500 pembuat keputusan IT dan keamanan siber yang disurvei di Amerika Utara, Australia dan Inggris Raya, mengatakan bahwa kurang dari setahun lagi serangan siber yang berhasil dikreditkan ke ChatGPT.

"Beberapa orang berpikir itu bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Dan lebih dari tiga perempat responden atau 78 persen memperkirakan serangan yang dikreditkan ChatGPT pasti akan terjadi dalam dua tahun. Selain itu, sebagian besar yakni 71 persen percaya sejumlah negara mungkin sudah memanfaatkan ChatGPT untuk tujuan jahat," bunyi laporan penelitian tersebut

Para pemimpin IT berpikir, pelaku ancaman bisa memanfaatkan AI chatbot. Karena, menurut laporan BlackBerry juga mengatakan, bahwa 53 persen profesional IT percaya, bahwa ChatGPT akan membantu peretas membuat email phishing yang lebih bisa dipercaya dan terdengar sah.

Sementara itu, 49 persen responden mengatakan hal itu bisa membantu peretas yang kurang berpengalaman untuk meningkatkan teknis pengetahuan dan mengembangkan keterampilan mereka. Kemudian, pada jumlah yang sama dari responden juga menunjukan, bahwa ChatGPT akan digunakan untuk menyebarkan misinformasi/disinformasi.

Sedangkan 48 persen responden mengklaim, bahwa AI chatbot bisa digunakan untuk membuat malware baru, dan 46 persen mengatakan, bahwa teknologi tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kecanggihan ancaman/serangan. Namun, 3/4 persen responden percaya bahwa ChatGPT akan digunakan untuk kebaikan.

Kekhawatiran tersebut disampaikan oleh Shishir Singh, Kepala petugas teknologi Blackberry. Singh meyakini bahwa banyak orang-orang dengan niat jahat yang ingin memanfaatkan hal itu.

"Saya yakin kekhawatiran ini valid, berdasarkan apa yang telah kami lihat. Sudah didokumentasikan dengan baik bahwa orang-orang dengan niat jahat sedang menguji dan selama tahun ini, kami berharap untuk melihat peretas mendapatkan penanganan yang jauh lebih baik tentang cara menggunakan chatbot yang mendukung AI dengan sukses untuk tujuan jahat," ucap Shishir Singh, seperti yang dikutip dari laman gadgetsnow.

Lebih lanjut Singh menyampaikan faktanya penjahat siber dan profesional pertahanan dunia maya secara aktif menyelidiki bagaimana cara menggunakan ChatGPT untuk menambah serta meningkatkan hasil yang diinginkan. Sekarang tinggal menunggu waktu pihak mana saja yang pada akhirnya  lebih berhasil.

Sebagai informasi, tahun lalu kekhawatiran serupa juga dikemukakan oleh perusahaan keamanan cyber CheckPoint Research, ketika tim penelitinya mendapati bahwa ChatGPT bisa menulis email phishing dan kode berbahaya.

"Saya yakin kekhawatiran ini valid, berdasarkan apa yang telah kami lihat. Sudah didokumentasikan dengan baik bahwa orang-orang dengan niat jahat sedang menguji dan selama tahun ini, kami berharap untuk melihat peretas mendapatkan penanganan yang jauh lebih baik tentang cara menggunakan chatbot yang mendukung AI dengan sukses untuk tujuan jahat," ucap Shishir Singh, seperti yang dikutip dari laman gadgetsnow.

Lebih lanjut Singh menyampaikan faktanya penjahat siber dan profesional pertahanan dunia maya secara aktif menyelidiki bagaimana cara menggunakan ChatGPT untuk menambah serta meningkatkan hasil yang diinginkan. Sekarang tinggal menunggu waktu pihak mana saja yang pada akhirnya  lebih berhasil.

Sebagai informasi, tahun lalu kekhawatiran serupa juga dik emukakan oleh perusahaan keamanan cyber CheckPoint Research, ketika tim penelitinya mendapati bahwa ChatGPT bisa menulis email phishing dan kode berbahaya.


Sumber : https://www.idxchannel.com/technology/hati-hati-ancaman-serangan-siber-mengintai-lewat-chatgpt/all

Comments