Tren WFA Pascapandemi Ternyata Tingkatkan Tantangan Keamanan Siber


 Pandemi Covid-19 menghadirkan disrupsi bagi semua bidang, tak terkecuali bisnis. Perusahaan tidak dapat menerapkan pola serta cara kerja konvensional, yakni karyawan datang ke kantor untuk bekerja dan berkoordinasi untuk menyelesaikan sebuah proyek.

Pasalnya, Covid-19 dapat menular melalui interaksi langsung antarmanusia. Oleh sebab itu, kegiatan masyarakat yang dilakukan bersama-sama di satu tempat dan melibatkan banyak orang dibatasi. Bekerja di kantor menjadi salah satunya.

Bekerja dari rumah atau work from home (WFH) menjadi skema yang dipilih oleh sejumlah perusahaan. Kini, setelah pengendalian Covid-19 semakin baik, tren WFH masih diterapkan sejumlah perusahaan.

Kemudian, muncul pula tren bekerja secara hibrida di kalangan karyawan, yakni beberapa hari di kantor dan sisanya work from anywhere (WFA). Karyawan tak hanya bisa bekerja dari rumah, tetapi juga dari kafe, restoran, bahkan co-working space.

Mengutip dari businessnewsdaily.com, semakin canggihnya teknologi informasi (TI) saat ini menjadi faktor penting yang membuat pola WFA dapat terlaksana dengan baik.

Sumber tersebut juga mengutip survei McKinsey yang menyebut bahwa lokasi, waktu, dan lingkungan kerja yang fleksibel malah meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Dapat bekerja dengan pola WFA juga menjadi salah satu pertimbangan angkatan kerja masa kini untuk menerima sebuah tawaran kerja.

Tren work from anywhere (WFA) ternyata mempertinggi tantangan keamanan siber karena perlindungan keamanan data menjadi tersebar.

Meski demikian, seperti dua sisi mata uang, ada tantangan yang perlu menjadi perhatian perusahaan di tengah booming-nya tren WFA, yakni keamanan siber. Hal itu disampaikan dalam sesi talk show pada Lenovo Solution Day 2023 yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Dengan melakoni pola kerja WFA, karyawan menggunakan jaringan internet publik. Oleh sebab itu, kebocoran data rawan terjadi. Terlebih, menurut ASEAN Cyber Threat 2021, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam daftar negara dengan serangan malware terbanyak di Asia Tenggara.

Laporan tersebut menunjukkan, ada 1,3 juta kasus serangan malware di Indonesia. Serangan malware tak hanya menyasar perusahaan swasta besar, tapi juga lembaga pemerintahan.

Chair of the Coordinator of The Cyber and Information Security Forum (Formasi), GildasDeograt, yang menjadi pembicara dalam talk show tersebut, mengatakan bahwa perlindungan keamanan data tidak bisa lagi tersentralisasi pada satu lokasi, tetapi menyebar ke berbagai titik.

“Dan di setiap titik tersebut pada dasarnya ada kerawanan terjadinya kebocoran data. Karena itu, penting bagi setiap perysahaan untuk meningkatkan keamanan perangkat yang digunakan karyawan. Dengan begitu, potensi kebocoran data bisa diminimalisasi,” ujarnya.

Mengamini pernyataan Gildas, praktisi TI sekaligus Vice President of IT Security Dana Indonesia Andri Purnomo menyatakan bahwa pencegahan kebocoran data dapat dilakukan dari perangkat end point, yakni yang digunakan karyawan.

“Pencegahan kebocoran dapat dimulai dari pendekatan data lost prevention (DLP). Kemudian, meningkatkan end point security dengan best practice seperti patch managementdevice encryption, sampai user education. Dengan dua pendekatan itu perusahaan bisa mengurangi keberhasilan serangan siber,” jelasnya.

Ia pun mengatakan bahwa dampak kebocoran data sangat besar bagi sebuah organisasi. Dampak yang ditimbulkan bisa mencakup finansial, hukum, hingga reputasi.

Lenovo menghadirkan “Smart Solutions for All” yang membantu bisnis lokal dalam menjaga keamanan data selama Transformasi Cerdas.

Layanan untuk minimalisasi ancaman keamanan siber

Pada Lenovo Solutions Day 2023, Lenovo menunjukkan dukungannya untuk perusahaan-perusahaan untuk bertransformasi dengan cerdas dan aman di tengah tren WFA melalui solusi “Smarter Technology for All”.

Lenovo memperkenalkan berbagai layanan yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis dalam periode transformasi cerdas, salah satunya adalah Managed Services.

Caption: Lenovo menghadirkan “Smart Solutions for All” yang membantu bisnis lokal dalam menjaga keamanan data selama Transformasi Cerdas.

Managed Services merupakan one-stop solution yang membantu perusahaan dalam mengelola dan mengontrol perangkat perusahaan yang tersebar karena tren WFA. Solusi tersebut melindungi perangkat dari ancaman dunia maya dan menangani perangkat elektronik di masa end-of-life secara aman dan bertanggung jawab.

General Manager Lenovo Indonesia Budi Janto mengatakan bahwa Lenovo berkomitmen membantu perusahaan dari beragam skala untuk siap menghadapi gelombang transformasi digital.

“Sebagai penyedia layanan dan solusi TI terkemuka kami berharap dapat memperkuat dedikasi untuk menjadi mitra tepercaya bisnis lokal. Kami menawarkan alat yang tepat untuk memaksimalkan produktivitas dan kolaborasi serta memimpin perjalanan transformasi cerdas di Indonesia dalan kerangka ‘Smarter Technology for All’”, ujarnya.

Sebagai informasi, dalam acara tersebut juga diperkenalkan Lenovo Workspace Solutions, Collaborative Workspace Solutions, Smart Retail Solutions, Immersive Learning Solutions, dan End-to-end Device Solutions.

“Kami juga menyediakan perangkat bagi pekerja mobile agar semakin terhubung, efisien, datanya terlindungi di tempat kerja. Perusahaan juga akan memiliki ruang kerja yang lebih cerdas,” tutup Budi.

“Dan di setiap titik tersebut pada dasarnya ada kerawanan terjadinya kebocoran data. Karena itu, penting bagi setiap perysahaan untuk meningkatkan keamanan perangkat yang digunakan karyawan. Dengan begitu, potensi kebocoran data bisa diminimalisasi,” ujarnya.

Mengamini pernyataan Gildas, praktisi TI sekaligus Vice President of IT Security Dana Indonesia Andri Purnomo menyatakan bahwa pencegahan kebocoran data dapat dilakukan dari perangkat end point, yakni yang digunakan karyawan.

“Pencegahan kebocoran dapat dimulai dari pendekatan data lost prevention (DLP). Kemudian, meningkatkan end point security dengan best practice seperti patch managementdevice encryption, sampai user education. Dengan dua pendekatan itu perusahaan bisa mengurangi keberhasilan serangan siber,” jelasnya.

Sumber : https://infokomputer.grid.id/read/123738721/tren-wfa-pascapandemi-ternyata-tingkatkan-tantangan-keamanan-siber?page=2

Comments