Serangan Ransomware di Indonesia Peringkat 3 di Asia Tenggara



Perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks, menemukan jumlah serangan ransomware di Indonesia menempati posisi ke-3 terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Pada tahun 2022, ditemukan kasus ransomware dan pemerasan di Indonesia meningkat mendekat 30 persen, dengan 14 kasus yang dilaporkan di berbagai sektor utama.

Menurut catatan Palo Alto Networks, pelaku ancaman menggunakan taktik yang lebih agresif untuk menekan organisasi, dengan jumlah gangguan 20 kali lebih banyak dibandingkan 2021, menurut kasus penanganan insiden Unit 42.

Temuan ini selaras dengan laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang menyebut bahwa ransomware dan pembobolan merupakan jenis serangan siber paling umum di 2022.

Menurut BSSN, mereka menyumbang 50 persen dari seluruh serangan siber yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2022.

Gangguan ini biasanya dilakukan lewat panggilan telepon dan email yang menargetkan individu tertentu, seringkali di C-suite atau pelanggan, untuk mendesak agar membayar permintaan uang tebusan.

Mengutip siaran persnya, Minggu (2/4/2023), Palo Alto Networks menyebutkan, Indonesia menempati posisi ke-3 di Asia Tenggara, dengan jumlah serangan ransomware terbanyak, sebesar 14 laporan serangan ransomware.

Angka ini ditemukan di Laporan Unit 42 Ransomware and Extortion, yang disusun berdasarkan temuan dari penanganan insiden Unit 42 pada sekitar 1.000 kasus selama 18 bulan terakhir.

Indonesia berada di peringkat tiga setelah Singapura (18) dan Thailand (28), namun di atas Malaysia (11), Filipina (11), dan Vietnam (9).

Ditemukan juga, manufaktur, grosir dan ritel, serta jasa profesional dan hukum, adalah tiga sektor yang paling banyak diincar oleh serangan ransomware di Indonesia.

Comments