20 Negara dengan Ancaman Kejahatan Siber Tertinggi di Dunia


Jakarta -

Tim peneliti merilis World Cybercrime Index (WCI) lewat publikasi di jurnal PLOS One baru-baru ini. Berdasarkan penelitian intensif selama tiga tahun, peneliti menyusun indeks yang mengidentifikasi lokasi-lokasi utama sumber kejahatan dunia maya tertinggi di dunia.

Melansir laman University of Oxford, Rusia menduduki peringkat pertama negara dengan ancaman kejahatan siber terbesar di dunia. Rusia mendapat skor WCI 58,39. Berikut daftarnya.

Baca artikel detikedu, "20 Negara dengan Ancaman Kejahatan Siber Tertinggi di Dunia" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7302893/20-negara-dengan-ancaman-kejahatan-siber-tertinggi-di-dunia.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Jakarta -

Tim peneliti merilis World Cybercrime Index (WCI) lewat publikasi di jurnal PLOS One baru-baru ini. Berdasarkan penelitian intensif selama tiga tahun, peneliti menyusun indeks yang mengidentifikasi lokasi-lokasi utama sumber kejahatan dunia maya tertinggi di dunia.

Melansir laman University of Oxford, Rusia menduduki peringkat pertama negara dengan ancaman kejahatan siber terbesar di dunia. Rusia mendapat skor WCI 58,39. Berikut daftarnya.

Negara dengan Ancaman 'Cybercrime' Terbesar di Dunia

Rusia: 58,39
Ukraina: 36,44
China: 27,86
Amerika Serikat: 25,01
Nigeria: 21,28
Rumania: 14,83
Korea Utara: 10,61
Inggris Raya: 9,01
Brasil: 8,93
India: 6,13
Iran: 4,78
Belarusia: 3,87
Ghana: 3,58
Afrika Selatan: 2,58
Moldova: 2,57
Israel: 2,51
Polandia: 2,22
Jerman: 2,17
Belanda: 1,92
Latvia: 1,68

Penyusunan Indeks Kejahatan Siber

Indeks kejahatan siber dunia didasari dari data survei pada 92 pakar kejahatan dunia maya sedunia yang terlibat dalam pengumpulan dan investigasi intelijen kejahatan dunia maya.

Dalam survei ini, para ahli diminta mempertimbangkan lima kategori utama kejahatan siber. Kelimanya yaitu:

Produk atau layanan teknis, seperti pengkodean malware, akses botnet, akses ke sistem yang disusupi, dan produksi alat
Serangan dan pemerasan, seperti serangan penolakan layanan dan ransomware
Pencurian data atau pencurian identitas, seperti peretasan, phishing, peretasan akun, hingga peretasan kartu kredit
Penipuan, seperti penipuan biaya di muka, penyusupan email bisnis, dan penipuan lelang online
Pencairan atau pencucian uang, seperti penipuan kartu kredit, money mules, dan platform mata uang virtual terlarang

Para ahli kemudian diminta menominasikan negara-negara yang mereka nilai sebagai sumber paling signifikan tiap jenis kejahatan siber. Tiap negara lalu diperingkatkan berdasarkan dampak, profesionalisme, danm keterampilan teknis para penjahatnya dalam melakukan tindak kejahatan siber.

Mengapa Pakai Survei?

Peneliti dan dosen Jonathan Lusthaus dari Departemen Sosiologi Universitas Oxford menjelaskan timnya menggunakan survei untuk mendapatkan gambaran terbaik di mana sebenarnya para pelaku kejahatan siber berada. Sebab, pelaku kejahatan kerap menyamarkan lokasi fisiknya dengan sembunyi di balik identitas palsu dan perlindungan.

"Karena aktivitas mereka yang terlarang dan anonim, penjahat dunia maya tidak dapat diakses dengan mudah atau disurvei secara andal. Mereka secara aktif bersembunyi. Jika Anda mencoba menggunakan data teknis untuk memetakan lokasi mereka, Anda juga akan gagal, karena penjahat dunia maya melancarkan serangannya ke infrastruktur internet di seluruh dunia," kata Dr Lusthaus.

"Cara terbaik untuk mendapatkan gambaran di mana sebenarnya para pelanggar ini berada adalah dengan mensurvei mereka yang tugasnya melacak orang-orang ini," imbuh peneliti dari Oxford School of Global and Area Studies ini.
Cek Kejahatan Siber Per Negara

Peneliti Dr Miranda Bruce dari Universitas Oxford dan University of New South Wales (UNSW) Canberra mengatakan penelitian ini memungkinkan sektor publik dan swasta lebih fokus pada pusat utama kejahatan siber ketimbang menangani kasus di negara-negara yang kasusnya tidak signifikan.

Menurutnya, penelitian ini juga menghilangkan anonimitas yang menaungi pelaku kejahatan siber. Berdasarkan studi mereka, Bruce mengatakan peneliti kini lebih memahami geografi kejahatan siber dan kekhususan jenis-jenis kejahatan siber per negara.

"Dengan terus mengumpulkan data ini, kami akan dapat memantau kemunculan titik-titik bibit kejahatan baru, dan ada kemungkinan intervensi dini dapat dilakukan di negara-negara yang berisiko sebelum kejahatan dunia maya berkembang," ucapnya.

Peneliti dan dosen Federico Varese dari Sciences Po di Perancis mengatakan penelitian selanjutnya diharapkan meluas untuk melihat faktor-faktor kejahatan siber tiap negara, misalnya pendidikan, internet, PDB, hingga tingkat korupsi. Ia menjelaskan, penelitian ini mendukung pandangan bahwa kejahatan siber tumbuh dari konteks tertentu, seperti halnya kejahatan teroganisir.

University of Oxford dan UNSW Sydney mengembangkan Indeks Kejahatan Siber Dunia (WCI) dengan pendanaan dari Crimgov, proyek yang disokong Uni Eropa dan berbasis di Oxford dan Sciences Po Rekan penulis penelitian lainnya termasuk Profesor Ridhi Kashyap dari Universitas Oxford dan Profesor Nigel Phair dari Universitas Monash.

sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7302893/20-negara-dengan-ancaman-kejahatan-siber-tertinggi-di-dunia

Comments