Asuransi Siber Mulai Jadi Primadona di Hong Kong saat Kejahatan Digital Merebak

Media Asuransi, GLOBAL – QBE Hong Kong menyoroti tentang peningkatan yang mencolok dalam insiden keamanan siber yang memengaruhi perusahaan kecil dan menengah di Hong Kong. Tingkat peristiwa siber naik dari 24 persen pada 2023 menjadi 30 persen pada 2024. 

Hal itu diungkapkan dalam survei yang baru saja dirilis oleh QBE yang dilakukan dari Desember 2023 hingga Januari 2024 dan melibatkan 616 perusahaan dan berfokus pada evaluasi risiko operasional, termasuk keamanan siber, kecerdasan buatan (AI), dan keselamatan, serta kesehatan di tempat kerja (K3).

Survei tersebut melaporkan peningkatan kesadaran akan siber dan langkah-langkah defensif di kalangan SME. Tahun ini, 48 persen dari bisnis mengakui telah memperoleh informasi yang memadai mengenai ancaman siber, meningkat secara signifikan dari 36 persen tahun sebelumnya.

Selain itu, persentase SME yang tidak memiliki pertahanan keamanan siber apapun turun dari 16 persen menjadi 11 persen. Kekhawatiran utama mengenai keamanan siber yang diidentifikasi meliputi pelanggaran data, phishing, smishing, dan serangan malware.

Kepala Segmen SME Asia untuk QBE Andex Fung mengatakan sifat persisten dan berkembangnya ancaman siber kini memengaruhi berbagai bisnis. Sebanyak 62 persen dari SME mengadopsi solusi perangkat lunak untuk keamanan siber. Sebanyak 71 persen, sekarang mempertimbangkan membeli asuransi keamanan siber, naik dari 49 persen pada periode sebelumnya.

“Peningkatan jumlah peristiwa siber yang dialami oleh SME Hong Kong menegaskan ukuran dan skala tantangan ini –bahwa tidak ada perusahaan yang sepenuhnya terbebas dari ancaman semacam itu, dengan pelaku kini menargetkan bisnis dari semua ukuran dan sektor,” katanya, dikutip dari laman Business Insurance Mag, Rabu, 24 April 2024.

AI bukan ancaman terhadap pekerjaan

Meskipun ada kekhawatiran tentang potensi AI untuk menggantikan pekerja, namun mayoritas peserta survei tidak melihat AI sebagai ancaman terhadap pekerjaan. Hanya 21 persen yang mengantisipasi bahwa AI dapat menggantikan pekerjaan manusia di perusahaan mereka.

Namun, kekhawatiran mengenai dampak negatif AI tetap ada, dengan fokus pada pelanggaran keamanan data, invasi privasi, dan serangan siber yang dipicu oleh AI. Lebih lanjut, survei tersebut juga menyoroti peningkatan komitmen dari para pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan di tempat kerja, dengan fokus pada kesehatan mental.

Mayoritas SME yang disurvei melaporkan tidak ada insiden keselamatan tahun lalu, dan kesadaran akan kesehatan mental semakin meningkat, dengan 94 persen responden mengakui signifikansinya. Dukungan yang ditingkatkan mencakup jam kerja yang lebih fleksibel, manfaat kesehatan yang ditingkatkan, dan distribusi paket perawatan.

Terkait asuransi kompensasi karyawan (ECI), terjadi peningkatan yang signifikan dalam kesadaran, dengan 76 persen SME sekarang sepenuhnya menyadari kewajiban ECI mereka, meningkat dari 55 persen tahun sebelumnya.

sumber : https://mediaasuransinews.co.id/asuransi/asuransi-siber-mulai-jadi-primadona-di-hong-kong-saat-kejahatan-digital-merebak/

 

Comments