Marak Penipu Online di Internet, Tetangga RI Sudah Parah

 Jakarta, CNBC Indonesia - Terjadi lonjakan penipuan online di Filipina sepanjang kuartal pertama 2024. Jumlahnya bahkan meningkat hampir 325% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kejadian ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan.

Berdasarkan laporan Resecurity, jumlah serangan siber yang melibatkan kelompok hacktivist dan kampanye misinformasi asing meningkat 3 kali lipat. Pada kuartal kedua 2024, pola yang sama terus berlanjut. Resecurity mengamati beberapa serangan siber yang dilakukan oleh pelaku ancaman yang sebelumnya tidak diketahui. Motif dari serangan-serangan ini adalah ideologis "hacktivist" dan propaganda yang disponsori negara.

Salah satu contoh kelompok yang terlibat adalah Mustang Panda yang memiliki hubungan dengan Chinia. Menurut pengamatan Resecurity, mereka menggunakan dunia maya untuk melancarkan kampanye perang informasi.

"Memanfaatkan moniker yang terkait dengan peretasan memungkinkan pelaku ancaman menghindari atribusi sekaligus menciptakan persepsi konflik sosial yang tumbuh di dalam negeri secara online," tulis laporan Resecurity, dikutip dari Securityaffairs, Rabu (17/4/2024).

Taktik ini sering dikombinasikan dengan serangan palsu yang berasal dari profil aktor hacker yang diketahui publik untuk menjaga jarak dari para pelaku intelektual sebenarnya yang melakukan kampanye jahat ini.

Menurut para ahli, para aktor bawah tanah diwakili oleh kelompok hacker yang mempercepat aktivitas mereka, seperti Philippine Exodus Security (PHEDS), Cyber Operation Alliance (COA), Robin Cyber Hood (RCH), dan DeathNote Hackers (Filipina), serta aktor independen dan hacker bayaran yang direkrut untuk melakukan serangan yang ditargetkan. Khususnya, beberapa dari grup ini juga terlihat berkolaborasi dengan Arab Anonymous dan Sylnet Gang-SG.

Resecurity menafsirkan aktivitas ini sebagai pra-persiapan bagi aktivitas pelaku ancaman siber asing yang lebih luas dan berbahaya di kawasan, termasuk spionase siber dan serangan yang ditargetkan terhadap lembaga pemerintah dan infrastruktur penting.

Berbagai sumber daya pemerintah negara tetangga Indonesia itu, seperti Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Biro Industri Tanaman, Kepolisian Nasional Filipina, dan Biro Bea Cukai telah menjadi sasaran.

sumber : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240418104548-37-531254/marak-penipu-online-di-internet-tetangga-ri-sudah-parah

 

Comments